Sertifikasi Halal MBG: Kebutuhan Mendesak demi Keamanan dan Kepercayaan Publik

Notification

×

Iklan

Iklan

Sertifikasi Halal MBG: Kebutuhan Mendesak demi Keamanan dan Kepercayaan Publik

Minggu, 05 Oktober 2025 | 05:48 WIB Last Updated 2025-10-04T22:48:43Z



ZONAHALAL.ID JAKARTA -- Sertifikasi halal untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) kini menjadi kebutuhan mendesak—bukan sekadar label formalitas. Makanan yang diberikan kepada anak-anak bangsa harus memenuhi prinsip halalan thayyiban, yakni halal, aman, bergizi, dan higienis.


Melalui prinsip ini, dapur MBG tidak hanya berkontribusi dalam pemenuhan gizi seimbang, tetapi juga membangun kepercayaan publik terhadap keamanan pangan. Saatnya para penyelenggara program mengambil langkah tepat: memilih dapur bersertifikat halal dari BPJPH, yang profesional dan terpercaya.


Lebih dari Sekadar Label


Sertifikasi halal bagi dapur penyelenggara MBG bukan hanya soal mencantumkan label halal. Lebih dari itu, ini merupakan jaminan bahwa proses produksi makanan—mulai dari bahan baku, fasilitas, hingga tenaga kerja—telah memenuhi standar tinggi kebersihan, higienitas, dan keamanan. Dengan begitu, MBG tak hanya patuh terhadap regulasi, tetapi juga memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap program pemerintah.


Fondasi Halalan Thayyiban


Menurut Djusmaidar Suhaimi, auditor halal dari Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) LPPOM, konsep halalan thayyiban adalah fondasi penting dalam pelaksanaan MBG.


“Konsep MBG sangat penting dalam memberikan perlindungan kepada konsumen, khususnya dalam pemenuhan hak konsumen muslim. Produk halal harus dibuat dari bahan yang halal, diproses dengan fasilitas dan oleh personel yang terbebas dari kontaminasi bahan haram maupun najis. Dengan begitu, aspek thayyiban seperti food safety, food hygiene, dan kandungan gizi juga terjamin,” jelasnya dikutip dari laman Halal MUI, Minggu (5/10/2025).


Namun, dari pengamatannya, pelaksanaan MBG saat ini masih lebih menekankan pada aspek gizi, sementara kepastian halal kerap terabaikan. Salah satu kasus nyata yang menjadi perhatian adalah penggunaan food tray yang mengandung lemak babi.


“Implementasi MBG harus disempurnakan dengan pemenuhan aspek halalan thayyiban secara menyeluruh. Hanya dengan begitu, penerima manfaat benar-benar mendapatkan makanan yang halal, aman, dan bergizi,” tambah Djusmaidar yang juga berlatar belakang keilmuan gizi.


Titik Kritis dan Risiko Kontaminasi


Dalam proses produksi MBG, terdapat sejumlah titik kritis yang harus diperhatikan secara ketat, mulai dari bahan baku, peralatan, fasilitas dapur, hingga proses memasak. Tahap pemasakan dinilai paling rentan karena melibatkan banyak interaksi antar bahan dan alat. Tanpa pengawasan yang baik, risiko kontaminasi sangat tinggi dan dapat berujung pada kejadian serius seperti keracunan makanan, yang telah terjadi di sejumlah daerah.


Sistem Jaminan Produk Halal dan Keamanan Pangan


Untuk mencegah hal tersebut, perusahaan penyelenggara MBG wajib menerapkan Sistem Jaminan Produk Halal (SJPH), termasuk pengawasan internal oleh penyelia halal. Selain itu, standar keamanan pangan seperti Good Manufacturing Practice (GMP), Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP), serta program manajemen risiko juga harus dijalankan secara ketat.


Hal ini perlu didukung dengan:


- Pengawasan bahan baku secara ketat


- Sanitasi peralatan secara rutin


- Pelatihan berkala bagi personel dapur


- Dokumentasi menyeluruh untuk menjamin traceability atau keterlacakan proses


Pelajaran dari Kasus Keracunan


Pentingnya traceability dan kendali mutu semakin relevan pasca sejumlah kasus keracunan makanan pada anak-anak penerima MBG, yang bahkan dikategorikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa daerah seperti Garut (Jawa Barat), Banggai Kepulauan (Sulawesi Tengah), Mamuju (Sulawesi Barat), dan Ketapang (Kalimantan Barat).


Dari pengalaman ini, menjadi jelas bahwa tanpa sistem kendali mutu dan pelacakan yang memadai, potensi terulangnya masalah serupa akan tetap tinggi. Dokumentasi menyeluruh—dari pencatatan pembelian bahan, proses produksi, hingga distribusi—menjadi alat penting untuk menelusuri sumber masalah secara cepat dan akurat.


Perspektif Gizi: Bahan Berkualitas dan Pengolahan yang Tepat


Dari sisi gizi, Djusmaidar menekankan pentingnya pemilihan bahan baku berkualitas dan cara pengolahan yang baik. Penggunaan bahan segar, metode memasak yang tepat, serta penggunaan wadah makanan food grade menjadi faktor penting untuk menjamin makanan tidak hanya halal, tapi juga aman, bergizi, dan memberikan manfaat nyata bagi kesehatan penerima.


Menuju MBG yang Komprehensif


Ke depan, program MBG harus dijalankan dengan sungguh-sungguh dan menyeluruh. Bukan sekadar mengejar target administratif, tetapi benar-benar menyediakan makanan yang halal dan thayyib, demi menurunkan angka malnutrisi, mencegah stunting, dan menciptakan generasi Indonesia yang sehat dan cerdas.


Peran Strategis LPH LPPOM


Dalam konteks ini, LPH LPPOM memiliki peran strategis. Sebagai lembaga pemeriksa halal yang kompeten dan terpercaya, LPPOM menghadirkan program Halal On 30—sebuah inovasi edukatif yang memungkinkan masyarakat, pelaku usaha, dan penyelenggara MBG memahami proses sertifikasi halal hanya dalam waktu 30 menit. Program ini dapat diakses dengan mudah melalui tautan: bit.ly/HalalOn30.



Dengan menggandeng LPH LPPOM, penyelenggara MBG dan dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) tidak hanya memenuhi regulasi sertifikasi halal dari BPJPH, tetapi juga menjamin kualitas makanan yang lebih bersih, higienis, dan dapat dipercaya.


Saatnya memilih mitra yang tepat. Dapur MBG harus menjadi lebih dari sekadar penyedia makanan—ia harus menjadi penjaga kehalalan, keamanan, dan kesehatan generasi bangsa.