![]() |
Oleh: YANDRA ARKEMAN, Peneliti AI dan Blockchain di BRAIN, IPB University
ZONAHALAL - Meningkatnya tren produk halal di dunia menjadi isu yang harus ditangani dengan baik. Terutama dalam masa pandemic Covid-19, harus ada sektor yang dapat kita kembangkan untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi, salah satunya adalah industri halal. Demi terus mengawal pengembangan kajian halal, khususnya inovasi di bidang sektor industri, maka diperlukan suatu inovasi untuk memajukannya.
Salah satu inovasi yang dicanangkan yaitu “Aplikasi Blockchain dan IoT pada Industri Halal” yang ditulis oleh Yandra Arkeman selaku Peneliti AI dan Blockchain di Brain IPB University, dan Prof. Dr. Ir. Khaswar Syamsu, MSc. selaku Guru Besar Dept. Teknologi Industri Pertanian dan Kepala Pusat Kajian Sains Halal IPB University, telah di muat pada laman media informasi Republika.
Di tengah pandemic yang mengharuskan diterapkannya Less Contact Economy, mendorong diterapkannya otomatisasi dan digitalisasi, sehingga kita harus bisa memanfaatkan teknologi 4.0 yang sangat padat dengan teknologi digital maju seperti blockchain, kecerdasan buatan (Artifical Intelligence/AI) dan Internet of Things (IoT) untuk mengembangkan industri halal, terutama di Indonesia.
Saat ini industri halal di Indonesia masih memiliki kekurangan, salah satunya adalah belum tersedianya sistem ketertulusuran yang baik, dapat diandalkan dan terpercaya. Industri halal di Indonesia saat ini masih menggunakan sistem manual atau semiotomatis menggunakan program komputer sederhana, sehingga inovasi teknologi blockchain dan AI dapat menghadirkan alat-alat cerdas untuk industri halal.
Teknologi blockchain merupakan teknologi penyimpanan data yang dikelola oleh peer to peer dalam bentuk sistem terdistribusi. Teknologi blockchain seperti “buku besar”dengan sistem verifikasi data yang bersifat konsensus dan sistem pengamanan catatan transaksi bernama cryptography, sehingga cocok untuk ketertulusuran industri halal yang transparan, terpercaya dan aman.
Dengan teknologi blockchain, konsumen dapat menelusuri riwayat transaksi dan kehalalan produk dalam hitungan detik baik dalam negeri atau pun luar negeri, karena system blockchain dapat dihubungkan dengan jaringan blockchain di negara lain. Dengan begitu, transaksi industri halal di seluruh dunia dapat dihimpun secara massif dalam satu platform yang besar.
Kecerdasan buatan atau intelegensi artifisial (Artifical Intelligence) didefinisikan sebagai kemampuan sistem untuk menafsirkan data eksternal dengan benar guna mencapai tujuan tertentu. Sistem ini umumnya dianggap komputer. Kemampuan blockchain dapat disinergikan dengan AI, sehingga menghasilkan sistem yang lebih andal.
AI dapat digunakan untuk membantu blockchain dengan cara mendeteksi kandungan dari zat produk pangan dan obat-obatan tanpa merusaknya. Sehingga, proses identifikasi kandungan zat dalam produk pangan dan obat-obatan cukup dilakukan dengan menggunakan foto atau citra produk tersebut. Selain itu, ketertelusuran suatu produk dapat dilakukan dengan memeriksa riwayat perjalanan produk, dengan demikian adanya kerusakan atau kontaminasi selama proses distribusi produk dapat ditelusuri dengan cepat.