ZONAHALAL.ID, YOGYAKARTA — Jagat media sosial kembali diramaikan oleh isu mengenai ompreng (wadah makanan) atau food tray yang digunakan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang diduga mengandung bahan berbahaya, termasuk minyak babi. Menanggapi hal ini, Badan Gizi Nasional (BGN) sedang melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan kebenarannya. Pasalnya, produk ompreng tersebut diketahui diimpor dari Chaoshan, Tiongkok.
Pakar UGM di bidang analisis kehalalan produk, Prof. Dr. Abdul Rohman, S.F., M.Si., Apt., menjelaskan bahwa kemungkinan minyak babi digunakan dalam ompreng tersebut sebagai komponen pelemas.
“Bisa saja lemak babi ini dijadikan sebagai komponen pelemas sebagai bahan campuran untuk minyak lain, misalnya minyak mineral,” ungkap Abdul dalam keterangannya, Sabtu (30/8/2025).
Namun, Abdul tidak memberikan tanggapan lebih jauh terkait dugaan tersebut, mengingat kasus ini masih dalam penyelidikan oleh tim BGN. Dugaan ini pertama kali mencuat di media sosial setelah laporan investigasi dari Indonesia Business Post mengenai kawasan eksportir ompreng untuk MBG di Indonesia. Diketahui, terdapat sekitar 30–40 pabrik yang memproduksi ompreng makanan untuk pasar global.
Meski demikian, Abdul turut memaparkan tahapan ilmiah untuk mendeteksi kandungan minyak babi dalam wadah makanan. Menurutnya, proses pertama yang perlu dilakukan adalah ekstraksi.
“Pertama-tama dilakukan ekstraksi sehingga lemak babi dapat terekstraksi, kemudian dianalisis dengan metode tertentu,” jelasnya.
Metode yang umum digunakan adalah kromatografi gas yang dilengkapi dengan detektor spektrometer massa (GC-MS) untuk mengidentifikasi asam-asam lemak yang terdapat dalam sampel.
“Asam-asam lemak yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan asam lemak yang teridentifikasi dalam lemak babi,” tambah Dosen Fakultas Farmasi UGM tersebut.
Selain GC-MS, Abdul juga menyebutkan bahwa metode LC-HRMS dapat digunakan untuk mengidentifikasi penanda lemak babi, dan metode ini lebih sering digunakan oleh para ahli di bidangnya.
“Metode ini umumnya lebih banyak digunakan oleh para ahli,” ujarnya.